Mau Jadi Editor Buku, Kamu Harus Punya 3 + 6 Bekal Ini Dulu!

Categories: Tip Menulis
No Comments

Editor bisa dikatakan sebagai penentu buku-buku apa saja yang akan beredar di pasaran dan dibaca khalayak. Untuk itu, alangkah pentingnya seorang editor buku memilah naskah mana saja yang akan diterbitkan, sehingga buku-buku yang beredar memang buku berkualitas dan layak baca. Bukan sebaliknya.

Selain itu, seorang editor buku juga harus peka terhadap keinginan pembaca. Mengetahui apa saja yang diinginkan pembaca dari sebuah buku, karena dari situlah seorang editor menetapkan target pekerjaannya dalam menyunting naskah sehingga bisa menjadi sebuah karya yang diinginkan pembaca.

Berikut adalah hal-hal yang harus dikuasai seorang editor buku sebelum mulai menyunting naskah

Blogging Have Fun and Get The Money - Editor Buku: Herlina P Dewi
Blogging Have Fun and Get The Money – Editor Buku: Herlina P Dewi

1. Memiliki Kepekaan Bahasa

Seorang editor buku dituntut memiliki kepekaan bahasa. Dia harus tahu mana kalimat yang kasar dan kalimat halus; kalimat yang luwes dan yang kaku; serta kalimat yang kurang tepat dan kalimat yang seharusnya dipakai.

Untuk mendapatkan kepekaan bahasa, seorang editor buku dituntut untuk banyak membaca buku serta menganalisis dengan menggunakan rasa. Selain itu, kemampuan ini juga bisa dibentuk dengan cara:

  • Menguasai ejaan. Seorang editor buku harus menguasai kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku saat ini. Mengusai penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda-tanda baca (titik, koma, dan lain-lain).
  • Menguasai tata bahasa. Seperti halnya ejaan, dalam menyunting naskah, seorang editor pun dituntut menguasai tata bahasa yang tepat; harus tahu mana kalimat yang baik dan benar. Jadi, seorang editor buku harus mengerti susunan kalimat yang baik, kata-kata yang baku, bentuk-bentuk yang salah kaprah, pilihan kata yang pas, dan sebagainya.
  • Tidak malas buka kamus. Seorang editor buku tidak boleh malas membuka kamus saat menyunting naskah. Dia harus tahu arti setiap kata yang ada di naskah yang diedit. Jadi, bersahabatlah dengan kamus, mulai dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus dua bahasa, termasuk juga kamus istilah, leksikon, dan ensiklopedia.

2. Memiliki Pengetahuan Yang Luas

Seorang editor buku tidak boleh malas meng-update informasi yang masuk. Semakin banyak pengetahuan seorang editor, maka semakin matang hasil editannya.

Hal ini berarti seorang editor buku haruslah banyak membaca buku, membaca majalah dan koran, menonton televisi ataupun menyerap informasi melalui media online.

Kenapa seorang editor buku harus memiliki pengetahuan yang luas?

Hal ini tentu erat kaitannya dengan tugasnya menyunting naskah. Dari mana editor tahu kalau ada fakta yang keliru di dalam naskah jika dia hanya diam menyunting naskah, tanpa sempat membaca buku atau menonton televisi?

Belum lagi jika harus mengedit naskah nonfiksi yang memiliki tingkat keakuratan penuh. Jadi, pengetahuan luas merupakan syarat mutlak seorang editor.

3. Sabar dan Teliti

Sampai berapa kali naskah diperiksa sebelum naik cetak? Jawabannya berkali-kali. Bahkan ketika naskah sudah jadi proof (cetakan percobaan), seorang editor buku masih harus mengecek lagi apakah ada kesalahan teknis penulisan ataupun tata letaknya.

Untuk itulah seorang editor harus sabar dan teliti. Belum lagi jika menghadapi naskah dengan tata bahasa berantakan, seorang editorlah yang harus bersabar memperbaikinya. Tanpa kesabaran dan ketelitian, timeline editor hanya akan berisi cacian. 🙂

4. Memiliki Kepekaan terhadap SARA dan Pornografi

Seorang editor buku harus tahu kalimat mana yang layak cetak, kalimat yang perlu diubah konstruksinya, ataupun kata yang perlu diganti dengan kata lain.

Dalam hal ini, editor harus peka terhadap hal-hal yang berbau SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) serta pornografi. Kalau tidak peka, penerbit bisa rugi di kemudian hari karena buku yang diterbitkan bisa dilarang beredar oleh pihak yang berwenang, atau penerbitnya dituntut oleh pihak tertentu ke pengadilan.

5. Memahami Kode Etik Penyuntingan Naskah

Editor buku harus tahu mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan ketika menyunting naskah.

Misalnya, sebaiknya editor harus bisa tetap mempertahankan gaya bahasa penulis asli, editor tidak boleh membuka rahasia naskah asli yang pernah diedit tanpa izin penulisnya, editor harus mengonsultasikan hal-hal yang akan diubah dalam naskah, dan lain-lain.

6. Mudah Bergaul

Seorang editor buku tak hanya bekerja di depan komputer dan tenggelam di dalam kamus, tapi juga harus keluar mencari naskah.

Untuk itu, editor harus bisa bersikap luwes dan open minded. Lebih bagus lagi jika dia memiliki sense of humor yang tinggi, karena ini sangat penting ketika editor bertemu dengan penulis.

Sebuah kritik pedas akan bisa diterima oleh penulis dengan lapang jika kita bisa menyampaikannya dengan baik dan benar. 🙂

Selain enam syarat wajib di atas, tentu seorang editor akan lebih bagus lagi jika mengusai tiga hal berikut ini:

Entrepreneur Talks karya Herlina P Dewi, yang juga editor buku

Memiliki Kemampuan Menulis.

Dalam pekerjaannya sehari-hari, seorang editor buku akan menyunting naskah kata per kata, kalimat per kalimat, hingga tersusun utuh. Selain kemampuan bahasa, seorang editor akan lebih bagus jika memiliki kemampuan menulis sehingga naskah editannya akan semakin baik.

Selain itu, editor yang punya kemampuan menulis juga biasanya akan lebih luwes dalam menyunting naskah. Dia bisa menyarankan teknik menulis yang lebih bagus, misal ada sudut pandang yang perlu diubah, setting yang harus diperjelas, dan seterusnya.

Menguasai Bidang Tertentu.

Alangkah baiknya jika seorang editor buku juga menguasai salah satu bidang ilmu tertentu. Misalnya, ilmu sastra, pemasaran, ekonomi, jurnalistik, ilmu pendidikan, filsafat, teknologi, ataupun kesehatan.

Hal ini tentu akan membantu penyunting naskah dalam tugasnya sehari-hari.

Menguasai Bahasa Asing.

Seorang editor buku perlu menguasai bahasa asing yang paling banyak digunakan di dunia internasional, yakni bahasa Inggris, karena dalam menyunting naskah, seorang editor akan berhadapan dengan istilah-istilah bahasa Inggris.

Jika tidak dapat menguasai bahasa Inggris secara aktif, minimal penyunting naskah menguasainya secara pasif. Jadi, editor dapat memahami dan membaca teks bahasa Inggris. Akan lebih baik lagi jika editor juga menguasai salah satu bahasa atau beberapa bahasa asing lain. Semakin banyak bahasa asing yang dikuasai editor, maka semakin baik kemampuan editor karena semua bahasa asing itu akan melancarkan pekerjaannya menyunting naskah.

Jadi, kutukan “Jika naskah bagus penulis dicari. Jika naskah jelek editor dicaci” mudah-mudahan akan menguap jika pembaca tahu betapa beratnya tugas seorang editor buku dalam menyunting naskah. Hihihi.

Jadi, masih tertarik menjadi editor buku? Yuk, belajar mulai sekarang!

Love

@HerlinaPDewi

Your Thoughts