
Halo Stilovers! Kebanyakan orang yang bercita-cita menjadi penulis, selalu mengangankan menjadi penulis buku fiksi (novel, dan sejenisnya) ketimbang menulis nonfiksi. Kenapa ya? Apakah karena menulis fiksi lebih menantang ketimbang nonfiksi?
Untuk tahu sebabnya, mungkin kita perlu menengok kembali arti dari istilah fiksi dan nonfiksi.
Fiksi adalah karangan yang ditulis berdasarkan imajinasi penulisnya, jadi tidak sepenuhnya berdasarkan kenyataan. Pun jika karangan fiksi tersebut berdasarkan atas kisah nyata, maka biasanya akan diberi tambahan bumbu-bumbu imajinasi dari jagat pikiran penulisnya.
Tulisan fiksi ini biasanya berbentuk naratif, contohnya adalah cerita pendek, novel, cerita bersambung, dongeng, dan masih banyak lagi.
Berlawanan dengan fiksi, naskah nonfiksi adalah tulisan yang berdasarkan kenyataan. Biasanya tulisan nonfiksi adalah tulisan yang informatif dan faktual, serta dapat dipertanggungjawabkan oleh si penulis. Kalian bisa menemukan tulisan nonfiksi dalam bentuk jurnal, buku-buku self-improvement, esai, opini, biografi, autobiografi, ensiklopedi, dan masih banyak lagi macamnya.
Kalau kalian jadi penulis, kalian lebih suka menulis yang mana? Kalau dari pantauan Stiletto sendiri, banyak naskah fiksi yang masuk ke redaksi kami. Jadi kami mengambil sedikit kesimpulan, bahwa banyak di antara kalian yang lebih suka menulis naskah fiksi. Tidak salah, sih, karena menulis adalah soal passion dan selera.
Namun bagi kalian yang sering menulis naskah fiksi, sesekali coba deh menulis nonfiksi, yuk. Mencoba hal lain di luar zona nyaman kita itu seru sekaligus menantang lo.
Bagi kalian yang masih ragu untuk menulis nonfiksi, berikut Stiletto berikan alasan mengapa kalian harus mencoba untuk masuk dalam dunia nonfiksi ini.

Tidak perlu memikirkan alur cerita seperti yang ada dalam naskah fiksi
Untuk menulis nonfiksi, pastinya kalian tidak perlu memikirkan alur cerita atau reka adegan seperti apa yang ada di dalam karya-karya fiksi sebut saja novel, cerita pendek, cerita bersambung, atau semacamnya.
Hal penting yang kalian perlukan untuk menulis nonfiksi adalah, pengetahuan akan informasi-informasi baru yang tengah terjadi atau tengah hangat diperbincangkan di masyarakat.
Selain itu, apabila kalian ingin membagikan pengalaman pribadi, yang kalian perlukan adalah menceritakan pengalaman tersebut sesuai dengan apa yang kalian alami, tinggal ditambah dengan bahasa yang mengalir dan mudah dicerna, maka pastinya naskah kalian akan menarik dan banyak yang pengin baca.

Berfokus pada hal-hal faktual yang terjadi, jadi tidak usah repot berimajinasi
Kalau kamu tidak perlu memikirkan alur cerita untuk menulis nonfiksi, itu artinya kamu juga tidak perlu repot berimajinasi untuk mengembangkan ide cerita tersebut.
Kamu hanya perlu data dan informasi faktual yang mendukung tulisan nonfiksimu. Atau jika tulisan nonfiksimu bercerita tentang pengalaman hidup seseorang, kamu hanya perlu menuangkan pengalaman orang itu ke naskahmu.
Imajinasi di sini pastinya masih diperlukan, namun tak sebanyak imajinasi yang harus kamu tuangkan dalam sebuah naskah fiksi.

Bisa pula menjadi media untuk berbagi pengalaman menarik
Apakah kamu suka berbagi kisah pribadimu? Atau, mungkin kamu memiliki kisah yang sekiranya bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang?
Nah, kamu cocok sekali menulis nonfiksi. Kenapa? Karena banyak di antara naskah nonfiksi yang masuk ke redaksi Stiletto berisi mengenai pengalaman penulis naskah tersebut.
Ada yang berbagi pengalaman kuliah di luar negeri dengan beasiswa, ada pula pengalaman menarik menjadi ibu muda dan bagaimana keribetannya, serta ada pula pengalaman tentang menjadi ibu sekaligus wanita karier.
Jadi, tulisan nonfiksi bisa banget menjadi tempat untuk menuangkan curahan hatimu sekaligus berbagi pengalaman yang menurutmu menarik.
Selain itu, tulisan nonfiksi lebih evergreen, tidak terlalu tergantung pada tren dan pergerakan pasar pada umumnya lo. Apalagi jika tulisanmu itu berisi panduan atau how-to bagi mereka yang pemula untuk bidang atau topik apa pun. Misalnya panduan memulai bisnis untuk pemula, panduan menjadi ibu baru, bahkan panduan menjadi mahasiswa baru pun bisa jadi laku dibeli orang. Karena di mana pun, akan ada yang namanya pemula. Dengan kamu menolong mereka–melalui pengalaman dan pengetahuanmu–maka semua orang kan jadi bisa melalui dan mengatasi permasalahan mereka juga dengan sukses sepertimu kan?
Nah, itu tadi 3 kelebihan menulis nonfiksi dibandingkan naskah fiksi, Stilovers.
Bagi kalian yang berminat untuk menerbitkan naskah nonfiksi kalian dan menginspirasi banyak orang dengan tulisan kalian, silakan kirim naskah kalian ke redaksi Stiletto untuk diterbitkan secara mayor, dan didistribusikan ke toko-toko buku di seluruh Indonesia. Cek ketentuan dan syarat untuk menerbitkan naskah di Stiletto Book dulu, tapi ya.
Selain itu, kalian juga bisa menerbitkan naskah kalian sendiri melalui Stiletto Indie Book, yang tanpa seleksi atau perlu antre lama-lama. Lini penerbitan indie ini cocok bangetuntuk kalian yang masih belajar menulis buku dan baru menginjakkan kaki di dunia penerbitan buku. Cek ketentuan dan syaratnya dulu juga ya.
Nah, Stiletto tunggu kiriman naskah nonfiksi kalian! (Inas)