Stop Book Shaming! Ini 4 Cara untuk Menghindarinya

No Comments

Hei, Stilovers! Apakah kalian cukup familier dengan kata book shaming?

Mungkin istilah itu kalah tenar dengan body shaming, yang berarti mengomentari atau mencemooh fisik orang lain yang sering kali kita temui baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Jika dalam body shaming yang dicemooh adalah bentuk fisik seseorang, maka dalam book shaming tentu saja, buku yang menjadi objek untuk dicemooh. Misalnya, mengotakkan dan membandingkan jenis buku bacaan. Misalnya saja, seolah yang membaca buku teenlit, romansa atau cinta-cintaan dinilai kurang pengetahuan literasi dibanding mereka yang membaca buku-buku filsafat, sastra, atau politik.

Atau misalnya, kamu mencemooh temanmu yang suka membaca novel karya EL James atau Stephenie Meyer, lantaran kamu membaca karya Haruki Murakami atau Albert Camus, yang membuatmu merasa lebih baik darinya.

Melakukan book shaming selain menyakiti hati seseorang, juga tidak membuatmu terlihat pintar, Stilovers, justru malah semakin menunjukkan bahwa cakupan bacaan bukumu sangat sedikit dan bahwa kamu tidak bisa menghargai orang lain.

Jadi, bagaimana sih kita harus bersikap? Yang pasti, biarkan saja perbedaan selera itu ada. Bukankah hidup akan lebih menyenangkan kalau kita punya kegemaran dan pendapat berbeda-beda? Begitu juga soal kegemaran membaca buku. Perbedaan ini justru bisa membawamu ke wawasan yang lebih luas, dan bisa jadi bahan diskusi yang menarik, bukan?

So, stop book shaming! Dan berikut Stiletto berikan 3 cara yang bisa kita lakukan untuk menghindarkan diri kita sendiri dari book shaming. Simak yuk!

4 Cara Agar Kita Tidak Melakukan Book Shaming

novel aku bukan dia - Arleen A.
Stop book shaming!
Novel Aku Bukan Dia – Arleen A.

1. Belajarlah menghargai orang lain

Setiap orang pasti memiliki selera masing-masing, kita tidak bisa menyamakan diri kita dengan orang lain atau sebaliknya.

Oleh sebab itu, belajarlah untuk menghargai dan menghormati pilihan orang lain. Jika kamu tidak memiliki selera buku yang sama dengan temanmu, kamu bisa mencoba untuk bertanya apa alasannya menyukai buku tersebut, pun kamu bisa mengutarakan pendapatmu.

Dengan adanya hal ini, siapa tahu bisa saling bertukar buku bacaan dan membuat referensi buku kalian semakin banyak dan luas.

2. Ingat, bahwa tidak semua hal diciptakan untuk kamu seorang

Jika kamu tidak menyukai satu karya–entah karena jenisnya, penulisnya, atau isinya yang tidak kamu mengerti–bukan berarti buku itu jelek atau tidak layak terbit. Melainkan, mungkin kamu bukan sasaran pembaca dari buku tersebut.

Setiap penulis buku pasti memiliki target audience-nya tersendiri. Jadi, jika kamu tidak menyukai satu buku maka cukup dengan tidak membaca buku tersebut dan tidak perlu melakukan book shaming.

3. Perluas cakupan buku bacaan

Dengan membaca banyak buku, kamu memiliki pengetahuan dalam berbagai hal. Membaca buku juga dapat mengubah pola pikir dan sudut pandang kita menjadi lebih bijaksana.

Jika pengetahuan buku bacaan kita luas kita tidak akan mungkin menilai dan memandang rendah bacaan orang lain. Misalnya saja, kamu membaca Dunia Sophie dan merasa lebih baik daripada teman-teman kamu yang tidak membaca buku tersebut. Hal ini sebetulnya menunjukkan bahwa cakupan buku bacaanmu masih sedikit. Kamu perlu bertanya kepada dirimu sendiri, apakah kamu betul-betul memahami buku yang kamu baca atau hanya mengikuti arus agar terlihat keren?

Jangan sampai kamu terjebak di situasi seperti ini ya, Stilovers.

4. Kenali dirimu dan temukan jenis buku kesukaanmu

Senja Terakhir
Senja Terakhir. Kumpulan cerita terbit secara indie.

Untuk memperluas wawasan buku bacaanmu maka kamu perlu mengenali dirimu sendiri agar dapat mengetahui jenis buku apa yang kamu suka. Kamu bisa memulai dengan mencari hal atau isu yang membuat kamu tertarik.

Dengan begitu, maka kamu akan menemukan kesenangan tersendiri dalam membaca buku yang kamu suka. Dan, jangan malu terhadap buku yang kamu baca. Bacalah buku yang kamu suka di mana saja. Membaca buku teen-lit di kofisyop sambil ditemani senja pun tidak masalah, karena senja bukan hanya milik mereka yang membaca novel dan puisi indie.

Nah, gimana nih, Stilovers, apakah kamu pernah menjadi korban book shaming atau justru malah kalian sendiri yang pernah melakukan book shaming?

Aku, Kopi, dan Kamera - Ainun Nufus. Stop book shaming!
Stop book shaming! Mulai dengan membaca buku-buku penulis muda Indonesia.

Kalau iya, coba deh, perluas wawasanmu dengan membaca buku-buku penulis muda bermasa depan cerah Indonesia. Misalnya baca buku-buku karya Ainun Nufus, Arleen A., ataupun Gunan Ariani. Tulisan mereka tak kalah dari penulis-penulis yang sudah senior dan sudah lama wira-wiri di jagat perbukuan lo.

Dan, daripada sibuk menilai dan mencemooh karya orang lain, lebih baik coba asah kemampuan menulismu dan terbitkan bukumu sendiri. Kami tunggu kiriman naskahmu ya! Jangan lupa untuk membaca syarat dan ketentuannya di sini.

Selamat mencoba, Stilovers.

Your Thoughts